PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP MORAL PELAJAR
Oleh: Bethi Dian Paramita (11402241013)
Pendidikan Administrasi Perkantoran
Arus
globalisasi yang sedang melanda seluruh penjuru dunia terutama Indonesia, telah
memberikan banyak perubahan terhadap kehidupan masyarakat. Globalisasi dapat diartikan sebagai proses
penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia
melalui media cetak maupun elektronik.
Globalisasi yang memiliki dua sisi
mata uang (positif dan negatif) juga menjadi penyebab infiltrasi budaya tidak
terbendung. Budaya-budaya sedemikian cepat dan mudah saling bertukar tempat dan
saling memengaruhi satu sama lain. Termasuk budaya hidup barat yang liberal dan
bebas merasuki budaya ketimuran yang lebih cenderung teratur dan terpelihara
oleh nilai-nilai agama. Dampak negatif dari arus globalisasi yang
terlihat miris adalah perubahan yang cenderung mengarah pada krisis moral dan
akhlak, sehingga menimbulkan sejumlah permasalahan kompleks melanda negeri ini
akibat moral. Dapat di contohkan mulai dari hal kecil seperti anak-anak sekolah
yang membolos pada jam pelajaran, sampai dengan korupsi. Selain itu terdapat
pula tindakan-tindakan kriminal yang setiap hari biasa kita lihat. Hal ini
membuktikan bahwa krisis moral telah dan sedang melanda bangsa ini. Kita
sebagai mahasiswa harus turut andil dalam memahami gejolak-gejolak globalisasi
yang sudah melanda pada saat ini.
Dalam
buku Dimensi-Dimensi Pendidikan moral yang ditulis oleh Cheppy Haricahyono,
definisi dari moral adalah sesuatu yang berkaitan, atau ada hubungannya dengan
kemampuan menentukan benar salahnya suatu tingkah laku. Sehingga moral
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan untuk menentukan baik
buruknya sikap atau pun perbuatan yang kita lakukan.
Pelajar pada era globalisasi sekarang ini seperti
kehilangan arah dan tujuan. Mereka terjebak pada lingkaran dampak globalisasi
yang lebih mengedepankan corak hedonisme dan apatisme (acuh tak acuh, tak
peduli). Generasi muda saat ini juga bersifat anarkisme dalam menyuarakan
kepentingan rakyat, bahkan banyak masyarakat yang menganggap generasi muda
sekarang disibukkan oleh tawuran dan bentrokan. Sehingga pada akhirnya keamanan
masyarakat menjadi terganggu dan kehidupan pembelajaran di lembaga pendidkian
atau sekolah tidak kondusif yang menimbulkan adanya kekhawatiran
adanya krisis moral generasi muda yang seharusnya menjadi agen perubahan sosial
menjadi lebih baik namun terhalang oleh kebahagiaan dunia semata.
Baik
media cetak maupun elektronik, yang biasa kita baca dan saksikan setiap hari,
semuanya menyajikan bacaan dan tontonan yang tak jarang kurang memperhatikan
moralitas, sopan santun, dan etika. Sehingga secara langsung para pembaca dan
pemirsa dapat terpengaruh moral dan tingkah lakunya. Terutama bila para pembaca
dan pemirsa tersebut adalah remaja (pelajar) yang belum memilki bekal
pengetahuan agama yang kuat. Tak hanya itu saja, dari segi ilmu pengetahuan
kita memang memperoleh banyak manfaat dari era globalisasi ini. Namun, dari
segi kebudayaan, kita lebih mendapatkan banyak pengaruh negatif.
Jika dilihat dari segi sistem pendidikan yang ada di Inonesia, sistem
pendidikan kita selama ini masih lebih menitikberatkan dan menjejalkan pada
penguasaan kognitif akademis.
Sementara afektif dan psikomotorik seolah-olah dinomorduakan.
Sehingga yang terjadi adalah terbentuknya pribadi yang miskin tata krama, sopan
santun, dan etika moral.
Sedikit melihat kehidupan Indonesia tempo dulu. Sejak dulu, Indonesia sudah
dikenal di seluruh penjuru dunia sebagai negeri yang ramah, sopan, dan berbudi.
Karena hal itu lah banyak orang-orang asing kagum dan tertarik untuk berkunjung
ke negara kita. Melihat kehidupan masyarakat pedesaan yang penuh ketenangan dan
kedamaian menjadi cermin perilaku masyarkat Indonesia. Praktek tolong-menolong
atau gotong-royong masih melekat kuat dalam diri dan kebiasaan masyarakat desa.
Namun yang terjadi di Indonesia saat ini adalah generasi muda lebih tertarik
akan adat kebiasaan negeri lain yang sebenarnya tidak sesuai dengan adat
istiadat dan etika bangsa kita. Mereka menganggap lebih keren dan modern, baik
itu gaya hidup maupun tingkah lakunya. Karena hal itulah, timbul pergaulan
bebas di kalangan remaja (pelajar) dan mempengaruhi pikiran serta tingkah laku
generasi muda. Merosotnya moral pada generasi muda membuat Indonesia akan
semakin terpuruk dan memiliki masa depan yang suram.
Berikut ada beberapa fakta mengenai
menurunnya etika dan moral pelajar/
mahasiswa yang di dapat dari berbagai masyarakat:
1. 15-20 persen dari remaja
di Indonesia sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah
2. 15 juta remaja perempuan
usia 15-19 tahun melahirkan setiap tahunnya
3. Hingga Juni 2009 telah
tercatat 6332 kasus AIDS dan 4527 kasus HIV positif di Indonesia, dengan 78,8
persen dari kasus-kasus baru yang terlaporkan berasal dari usia 15-29 tahun
4. Diperkirakan terdapat
sekitar 270.000 pekerja seks perempuan yang ada di Indonesia, di mana lebih
dari 60 persen adalah berusia 24 tahun atau kurang, dan 30 persen berusia 15
tahun atau kurang
5. Setiap tahun ada sekitar
2,3 juta kasus aborsi di Indonesia di mana 20 persen diantaranya adalah aborsi
yang dilakukan oleh remaja
6. Berdasarkan data
kepolisian, setiap tahun penggunaan narkoba selalu naik. Korban paling banyak
berasal dari kelompok remaja, sekitar 14 ribu orang atau 19% dari keseluruhan
pengguna.
7. Jumlah kasus kriminal
yang dilakukan anak-anak dan remaja tercatat 1.150 sementara pada 2008 hanya
713 kasus. Ini berarti ada peningkatan 437 kasus. Jenis kasus kejahatan itu
antara lain pencurian, narkoba, pembunuhan dan pemerkosaan.
8. Sejak Januari hingga
Oktober 2009, Kriminalitas yang dilakukan oleh remaja meningkat 35%
dibandingkan tahun sebelumnya, Pelakunya rata-rata berusia 13 hingga 17 tahun.
Sumber: Warta warga Universitas
Gunadarma Jakarta
Dari beberapa fenomena yang telah dipaparkan di atas, jelas bahwa kondisi
pelajar di Indonesia saat ini terlihat bahwa semakin bobroknya etika, moral,
dan akhlak bangsa Indonesia.
Selain itu, dapat pula kita
ketahui bahwa terdapat beberapa faktor dari adanya globalisasi, antara lain
adalah:
- Masuknya pola pergaulan budaya asing atau budaya barat, seperti anak-anak sekolah yang bermain sampai malam (misalnya ke café) tanpa sepengetahuan orang tuanya.
- Perkembangan teknologi yang tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas budi pekerti pelajar. Padahal perkembangan teknologi memang sangat dibutuhkan bangsa ini untuk dapat terus bersaing di era globalisasi
- Derasnya arus media komunikasi yang masuk ke Indonesia. Bisa dicontohkan seperti handphone yang dilengkapi dengan fitur-fitur yang canggih seperti kamera, video, internet, dan juga yang sedang menjadi trend para pelajar saat ini adalah BBM, line, dan lain sebagainya.
- Cara berpakaian anak muda dalam hal ini atau pelajar yang sekarang tidak lagi menjunjung tinggi nilai kesopanan, kebanyakan mereka berpakaian secara minim dan ketat. Dapat dicontohkan saja seragam sekolah yang mereka pakai ketika di sekolah. Pakaian seragam yang harusnya formal, kadang dibuat “neko-neko”, seperti baju yang dibuat ketat, dan rok yang dibuat lebih pendek.
Dari faktor diatas dapat kita ketahui bahwa
kebudayaan barat mudah sekali keluar masuk ke Indonesia secara bebas. Sehingga
menyebabkan kebudayaan yang ada di Indonesia semakin luntur, dan nilai-nilai
Pancasila tidak lagi dijadikan sebagai pedoman hidup generasi muda Indonesia.
Krisis
moral terjadi juga karena nilai-nilai Pancasila sekarang ini mulai luntur dan
tidak lagi diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Pancasila yang
seharusnya sebagai pedoman hidup dan falsafah bangsa kini hanya sebagai
semboyan belaka. Dalam bertindak, kebanyakan orang sudah tidak mengindahkan
asas Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Jati diri
bangsa sekarang ini telah luntur, sehingga timbul perilaku amoral yang
merugikan orang lain dan membuat semakin terpuruknya negeri ini.
Indonesia pada saat ini telah
dihadapkan pada permasalah krisis moralitas. Permasalahan ini sudah menjalar
sampai pada semua aspek kehidupan. Beberapa krisis moral yang dapat kita lihat
diantaranya adalah dari sistem pendidikan kita, ketidakpedulian dengan sesama,
mulai hilangnya etika dan akhlak, kenakalan-kenakalan remaja, tayangan-tayangan
di televisi yang kurang mendidik, perilaku para pejabat kita yang tidak amanah
dan masih banyak lagi krisis moralitas yang lain.
Kebiasaan anak jaman sekarang yang biasa kita lihat adalah
terjadinya tawuran antar sekolah, konflik antar anak sekolah yang mengakibatkan
perkelahian dan pembunuhan, kenakalan remaja yang berlebihan, siswa-siswi yang
dianggap tidak sopan, tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya, juga banyak
siswa sekolah (pelajar) yang menjadi korban narkoba. Bahkan kebiasaan tawuran
pun sekarang menjadi budaya, tak jarang dari mereka melakukan tawuran hanya
untuk membuat sensasi, onar, dan kisruh tanpa alasan dan masalah yang jelas.
Kenakalan remaja seperti free sex,
pergaulan bebas, dan pemakaian narkoba sudah menjalar hingga ke pelosok desa.
Belum lagi, maraknya video perzinaaan yang semakin mudah diakses dan
didapatkan. Dengan hanya meroggoh uang yang tak seberapa, orang dapat mengunduhnya
dari situs-situs di internet. Mau menjadi apa bangsa ini apabila para
generasi mudanya saja seperti itu. Sehingga sangat jelas sekali bahwa arus
globalisasi dari teknologi yang semakin canggih tidak disaring dengan baik menimbulkan
dampak yang sangat negatif bagi para pelajar, karena mudahnya informasi yang
mereka akses.
Tidak hanya itu, tayangan-tayangan di televisi sekarang ini banyak
yang tidak mendidik. Contohnya sinetron, kebanyakan sinetron ditonton oleh para
pelajar (remaja). Sinetron menyuguhkan cerita yang berbau percintaan,
pertengkaran, penganiayaan, pergaulan bebas, mode trend gaul masa
kini dan lain-lain. Dan parahnya hal tersebut ditiru oleh para remaja atau
pelajar, seperti memakai rok diatas lutut ke sekolah, pakaian yang ketat,
merokok, dan lainnya. Budaya kebaratan semakin membawa dampak buruk bagi para
remaja khususnya pelajar, dimana akibatnya adalah mereka menjadi bersikap acuh
tak acuh dengan perkembangan bangsa ini.
Kebanyakan dari masyarakat
Indonesia mempercayakan pendidikan sebagai salah satu lembaga yang mampu
mencetak manusia atau generasi muda yang bermoral, beretika, dan berakhlak.
Selain itu, Indonesia juga mengaku sebagai Negara yang beragama. Namun yang
menjadi pertanyaan saat ini adalah mengapa pada saat ini banyak orang terutama
para pelajar yang tidak memiliki moral. Maka terlihat bahwa bangsa ini semakin
terjangkiti virus globalisasi yang membawa dampak buruk bagi moral masyarakat
Indonesia, khususnya pelajar yang menimbulkan suatu opini apakah yang salah
dari sistem pendidikan Indonesia hingga krisis moral terjadi secara
berkepanjangan.
Dapat kita ketahui bahwa para pelajar memiliki
potensi yang besar, tantangan dan juga tanggung jawab di jamannya. Tantangan tersebut
adalah menjaga generasinya tetap baik dan lebih baik dari yang dulu. Pelajar
sebagai agent of change dituntut
untuk mengambil peran didalam tantangan yang berupa perubahan sosial. Maka dari
itu diperlukan strategi penanaman nilai etika, moral, dan akhlak di kalangan pelajar.
Yang paling penting
adalah penanaman nilai-nilai agama. Penanaman nilai agama sangatlah penting
pada tiap masing-masing individu. Karena yang terlihat pada saat ini salah satu
faktor buruknya moral generasi muda adalah longgarnya pegangan terhadap agama. Sehingga
menyebabkan keyakinan beragama mulai
terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan
perintah-perintah Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan
seseorang pada
ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya.
Sehingga yang pertama dilakukan adalah penanaman nilai agama, sampai
nilai-nilai itu melekat pada diri seorang individu agar tau mana perintah dan
mana larangan.
Selain
hal diatas, penanaman nilai etika, moral, dan akhlak tidak hanya ditanamkan di
lingkungan keluarga saja namun diperlukan kerja sama dari pihak sekolah,
masyarakat dan pemerintah. Keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama dimana
seorang anak mendapatkan bekal pendidikan etika, moral, dan akhlak. Peranan
orang tua sangat penting dalam proses perkembangan moral anak. Sejak dini orang
tua harus mampu memberikan arahan, bimbingan, serta teladan kepada anak.
Melalui pengajaran akhlak seperti dididik dan diberikan pengertian
tentang perbuatan baik dan buruk, menanamkan nilai-nilai keagamaan, dan
tata krama. Orang tua harus selalu mengawasi segala perilaku dan perkembangan
anaknya terutama ketika anak menginjak usia remaja, karena di usia ini terjadi
ketidak seimbangan emosi sehingga mudah terbawa ke hal-hal yang buruk.
Selain
lingkungan keluarga, terdapat pula lingkungan sekolah. Dalam lingkungan
sekolah, peran guru harus aktif dalam memberikan penanaman etika, moral, dan
akhlak kepada peserta didik. Tak hanya pengetahuan saja yang diajarkan dalam
pembelajaran namun guru harus mampu mendidik dan memberikan nilai-nilai
kebaikan serta memberikan teladan bagi peserta didik. Melalui pengajarannya
guru dituntut untuk kreatif dalam menyisipkan nilai-nilai moral yang akan
diberikan kepada peserta didik. Sehingga tidak hanya aspek kognitif saja yang di dapat siswa tetapi aspek afektif dan psikomotorik
juga. Dengan begitu mereka dapat menanamkan dan menerapkan sikap yang baik
dalam kehidupan sehari-hari. Jadi tak hanya peran guru agama atau pendidikan
kewarganegaraan saja yang menanamkan etika, moral, dan akhlak pada diri siswa,
tetapi semua guru harus memberikan nilai-nilai kehidupan kepada peserta didik
(pelajar).
Selain
lingkungan keluarga dan sekolah yang juga menanamkan etika, moral, dan akhlak
ada pula lingkungan masyarakat. Anak akan tumbuh dan berkembang di dalam
lingkungan masyarakat. Ada 5 pranata sosial yang terdapat di lingkungan
masyarakat, salah satunya yaitu pranata moral dan etika. Pranata moral dan
etika bertugas untuk mengurusi dan penyikapan nilai seseorang dalam pergaulan
masyarakat. Dengan demikian peranan masyarakat dalam penanaman etika, moral,
dan akhlak pada diri seseorang sangat berpengaruh.
Yang
terakhir adalah peran pemerintah. Pemerintah harus tanggap dan sigap terhadap
permasalahan moral para generasi muda yang semakin menurun. Melalui Kementerian
Pendidikan Nasional, pemerintah harus mengkaji dan menelaah serta memberikan
kebijakan-kebijakan yang mampu meningkatkan moralitas generasi muda. Agar
tujuan yang diharapkan akan tercapai dan menghasilkan keluaran sumber daya
manusia yang bermutu, berbudi luhur dan beriman serta bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Karena
pribadi yang terdidik secara moral adalah pribadi-pribadi yang telah belajar
dan siap untuk bertindak dengan cara-cara tertentu, sekaligus sadar dan bangga
akan segala nilai dan tindakan-tindakannya (Cheppy Haricahyono, 1995:360)
DAFTAR PUSTAKA
Haricahyono, Cheppy. 1995. Dimensi-Dimensi Pendidikan Moral.
Semarang: IKIP Semarang Press
Isjoni.
2006. Pendidikan Sebagai Investasi Masa Depan. Jakarta: Buku Obor.
Noor, Rohinah M. 2011. Pendidikan
Karakter Berbasis Karakter : Solusi Pendidikan Moral Yang Efektif.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Setiadi,
Elly M. 2011. Pengantar Soiologi.
Jakarta: Prenada Media Group
Wisok, Yohanes P. 2009. Etika:
Mengalami Krisis, Membangun Pendirian. Bandung: Jendela Mas Pustaka
8 komentar:
terima kasih banyak, sangat membantu saya untuk bahan mengerjakan tugas sekolah...:)
makasih so much..
izin copas buat tugas ya..^^
makasih infonya ..
izin copas buat tugas yaa ..
sekalian minta kunbalnya http://niisca.blogspot.com/ ..
makasih :)
izin kopas buat tugas ya mbak :)
alhamdulillah bermanfaat :)
iya
iya kak :)
iya
Posting Komentar