Minggu, 14 April 2013

Asas-Asas Pengembangan Kurikulum

Asas-asas Pengembangan Kurikulum

            Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan dalam mencapai tujuan pendidikan.Apa yang direncanakan biasanya bersifat ide, suatu cita-cita tentang manusia atau warga negara yang akan dibentuk. Kurikulum biasanya mengandukung harapan yang sering berbunyi muluk-muluk.
            Pada dasarnya dalam mengembangkan kurikulum diperlukan pertimbangan dan banyak pertanyaan yang dapat diajukan untuk diperhitungkan. Misalnya: apa yang ingin dicapai suatu lembaga pendidikan? Apakah kebutuhan yang diutamakan anak pada saat sekarang atau saat mendatang? Apakah pelajaran akan didasarkan atas disiplin ilmu atau kah dipusatkan pada masalah sosial dan pribadi? Apakah seluruh kurikulum sama bagi semua sekolah? Apakah hasil belajar anak akan diuji secara uniform atau diserahkan pada guru yang membimbing?Semua pertanyaan itu menyangkut asas-asas yang mendasari setiap kurikulum.
            Asas (prinsip) merupakan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Kurikulum adalah komponen yang mengarahkan kinerja lulusan akan seperti apa nantinya atau dengan kata lain kurikulum yang akan mengarahkan pendidikan dalam mendidik arak didik. Pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang merencanakan, menghasilakan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penelitian terhadap kurikulum yang tidak berlaku sehingga dapat memberikan kondisi kegiatan belajar mengajar yang lebih baik. Dari beberapa pengertian tersebut dapat kami simpulkan bahwa asas pengembangan kurikulum adalah pedoman pemikiran yang dijadikan dasar untuk membuat perencanaan arah proses pembelajaran.

Asas-asas pengembangan kurikulum, yaitu:
1. Asas filosofis
            Merupakan asas yang  berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara.Pada umumnya sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang baik.Yang dimaksud dengan baik pada hakikatnya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut oleh suatu negara, guru, orangtua, masyarakat bahkan dunia.
            Kurikulum mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat bangsa dan negara terutama dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai melalui pendidikan formal.Tidak hanya hal tersebut, filsafat sangat penting digunakan untuk pertimbangan mengambil keputusan dalam setiap aspek kurikulum.
            Ada beberapa aliran filsafat yang digunakan oleh para pengembang kurikulum untuk membuat keputusan yang jelas. Beberapa aliran filsafat tersebut, yaitu:
a.       Aliran Perennialisme
Aliran ini menginginkan kurikulum yang dapat mengembangkan kemampuan intelektual seperti matematika, fisika, kimia dan biologi. Untuk mata pelajaran yang berkenaan dengan emosi dan jasmani seperti seni rupa dan olah raga dianggap tidak terlalu penting. Pelajaran yang diberikan termasuk pelajaran yang sulit karena memerlukan intelegensi tinggi. Kurikulum ini memberi persiapan yang sungguh-sungguh bagi studi di perguruan tinggi.
b.      Aliran Idealisme
Filsafat ini berpendapat bahwa kebenaran itu berasal dari atas, dari dunia supra-natural dari Tuhan. Boleh dikatakan hampir semua agama menganut filasafat idealisme. Kebenaran dipercayai datangnya dari Tuhan yang diterima melalui wahyu. Kebenaran ini termasuk dogma dan norma-normanya bersifat mutlak. Apa yang datang dari Tuhan itu baik dan benar. Tujuan hidup ialah memenuhi kehendak Tuhan.
Filsafat ini umumnya diterapkan di sekolah yang berorientasi religius. Semua siswa diharuskan mengikuti pelajaran agama, menghadiri khutbah dan membaca kitab suci. Biasanya disiplin termasuk ketat, pelanggaran diberi hukuman yang setimpal bahkan dapat dikeluakan dari sekolah. Namun pendidikan intelektual juga sangat diutamakan dengan menentukan standar mutu yang tinggi.

c.       Aliran Realisme
Filsafat Realisme mencari kebenaran di dunia ini sendiri. Melalui pengamatan dan penelitian ilmiah dapat ditemukan hukum-hukum alam. Mutu kehidupan senantiasa dapat ditingkatkan melalui kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan hidup ialah memperbaiki kehidupan melalui penelitian ilmiah.
Sekolah yang beraliran realisme mengutamakan pengetahuan yang sudah mantap sebagai hasil penelitian ilmiah yang dituangkan secara sistematis dalam betbagai disiplin ilmu atau mata pelajarab. Di sekolah akan dimulai dengan teori-teori dan prinsip-prinsip yang fundamental, kemudian praktik dan aplikasinya. Karena mengutamakan pengetahuan yang esensial, maka pelajaran embel-embel seperti keterampilan dan kesenian dianggap tidak perlu.
Kurikulum ini tidak memperhatikan minat anak, namun diharapkan agar menaruh minat terhadap pelajaran akademis. Ia harus sungguh-sungguh mempelajari buku-buku berbagai disiplin ilmu. Penguasaan ilmu yang banyak berkat studi yang intensif adalah persiapan yang sebaik-baiknya bagi lanjutan studi dan kehidupan dalam masyarakat. Dapat dibayangkan banyaknya murid yang tidak mampu mengikuti studi akademis.

d.      Aliran Pragmatisme (Aliran Instrumentalisme/Utilitarianisme)
Aliran ini juga disebut aliran instrumentalisme atau utilitarianisme dan berpendapat bahwa kebenaran adalah buatan manusia berdasrkan pengalamannya. Tidak ada kebenaran mutlak, kebenaran adalah tentative dan dapat berubah. Yang baik, ialah yang berakibat baik bagi masyarakat. Tujuan hidup ialah mengabdi kepada kepada masyarakat dengan peningkatan kesejahteraan manusia.
Tugas guru adalah mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan, melainkan memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan berbagai kegiatan guna memecahkan masalah, atau dasar kepercayaan bahwa belajar itu hanya dapat dilakukan oleh anak sendiri, bukan karena dipompakan ke dsalam otaknya. Yang pentingh ialah bukan what to think melainkan how to think yakni melalui pemecahan masalah. Pengetahuan diperoleh bukan dengan mempelajari mata pelajaran, melainkan karena digunakan secara fungsional dalam memecahkan masalah.
Aliran fragmatisme sering sejalan dengan aliran rekonstruksionisme yang berpendirian bahwa sekolah harus berada pada garis terdepan pembanguan dan perubahan masyarakat. Sekolah ini menjauhi indoktrinasi dan mengajak siswa secara kritis menganlisis isu-isu sosial.
Dalam perencanaan kurikulum orang tua dan masyarakat sering dilibatkan agar dapat memadukan sumber-sumber pendidikan formal dengan sumber sosial, politik dan ekonomi guna memperbaiki ekonomi kondisi hidup manusia. Banyak di antara penganut aliran ini memandang sekolah sebagai masyarakat kecil.

e.       Aliran Eksistensialisme
Filsafat ini mengutamakan individu sebagai factor dalam menentukan apa yang baik dan benar. Secara individual norma-norma hidup yang dimiliki oleh setiap individu itu berbeda dan ditentukan oleh masing-masing secara bebas, namum dengan pertimbangan  tidak menyinggung perasaan orang lain.
Sekolah yang berdasarkan eksistensialisme mendidik anak agar ia menentukan pilihan dan keputusan sendiri dengan menolak otoritas orang lain. Ia harus bebas berpikir dan mengambil keputusan sendiri dengan penuh tanngung jawab. Sekolah ini menolaksegala kurikulum, pedoman, instruksi, buku wajib dan lain-lain dari pihak luar.Anak harus mencari identitasnya sendiri, menentukan standarnya sendiri dan kurikulumnya sendiri.
Bimbingan yang diberikan sering bersifat non-directive, dimana guru banyak mendengarkan dan mengajukan pertanyaan tanpa mengingatkan apa yang harus dilakukan anak.
Pentingnya filsafat bagi pendidikan nyata:
a.       Filsafat pendidikan menentukan arah ke mana anak-anak harus dibimbing. Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak menjadi manusia dan warga Negara yang dicita-citakan oleh masyarakat itu. Jadi filsafat menetukan tujuan pendidikan.
b.      Dengan adanya tujuan pendidikan, ada gambaran yang jelas tentang hasil pendidikan yang harus dicapai, manusia yang bagaimana yang harus dibentuk.
c.       Filsafat juga menentukan cara dan proses yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan itu.
d.      Filsafat memberi kebulatan kepada usaha pendidikan, sehingga tidak lepas-lepas. Dengan demikian terdapat kontinuitas dalam perkembangan anak.
e.       Tujuan pendidikan memberi petunjuk apa yang harus dinilai dan hingga mana tujuan itu telah dicapai.
f.        Tujuan pendidikan memberikan motivasi dalam proses belajar mengajar, bilka jelas dikjetahui apa yang ingin dicapai.

2. Asas Psikologis
Asas psikologi berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat psikologi. Manusia sebagai makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek psikologi yang kompleks tetapi satu. Aspek-aspek tersebut dikembangkan dengan perantara berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum sebagai berikut:
a.
Aspek ketakwaan
:
dikembangkan dengan kelompok bidang agama
b.
Aspek cipta
:
dikembangkan dengan kelompok bidang studi ekstra, sosial, bahasa, dan filsafat.
c.
Aspek rasa
:
dikembangkan dengan kelompok bidang studi seni

d.

Aspek karsa
:
dikembangkan dengan kelompok bidang studi etika, budi pekerti, Agama, dan PPKN.
e.
Aspek karya (kreatif)
:
Dikembangkan melalu kegiatan penelitian, independen studi, dan pengembangan bakat.
f.
Aspek karya (keprigelan)
:
Dikembangkn dengan berbagai mata pelajaran keterampilan.
g.
Aspek kesehatan
:
Dikembangkan dengan kelompok bidang studi kesehatan, olahraga.
h.
Aspek sosial
:
Dikembangkan melalui kegiatan praktek lapangan, gotong royong, kerja bakti, KKN, PPL, dan sebagainya.
i.
Aspek karya
:
Dikembangkan melalui pembinan bakat dan kerja madiri.

Asas psikologis juga merupakan asas yang memperhitungkan faktor anak dalam kurikulum, antara lain:
a.       Psikologi Anak
Sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi–situasi dimana anak dapat belajar untuk mengembangkan bakatnya. Selama berabad-abad, anak tidak dipandang sebagai manusia yang lain daripada orang dewasa. Hal ini tampak dari kurikulum yang mengutamakan bahan, sedangkan anak “dipaksa” menyesuaikan diri dengan bahan tersebut dengan segala kesulitannya.Padahal anak mempunyai kebutuhan sendiri sesuai dengan perkembangannya.
Pada permulaan abad ke-20, anak kian mendapat perhatian menjadi salah satu asas dalam pengembangan kurikulum. Kemudian muncullah aliran progresif, yakni kurikulum yang semata-mata didasarkan atas minat dan perkembangan anak (child centered curiculum).Kurikulum ini dapat diapandang sebagai reaksi terhadap kurikulum yang diperlukan orang dewasa tanpa menghiraukan kebutuhan anak. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum adalah:
1)     Anak bukan miniatur orang dewasa.
2)     Fungsi sekolah di antaranya mengembangkan pribadi anak seutuhnya.
3)     Faktor anak harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum.
4)     Anak harus menjadi pusat pendidikan/sebagai subjek belajar dan bukan objek belajar.
5)     Tiap anak unik, mempunyai ciri-ciri tersendiri, lain dari yang lain. Kurikulum hendaknya mempertimbangkan keunikan anak agar ia sedapat mungkin berkembang sesuai dengan bakatnya.
6)     Walaupun tiap anak berbeda dari yang lain, banyak pula persamaan di antara mereka. Maka sebagian dari kurikulum dapat sama bagi semua.

b.      Psikologi Belajar
Pendidikan disekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak–anak dapat di didik.Anak– anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat mengubah sikapnya, dapat menerima norma-norma, dapat mempelajari macam–macam keterampilan. Kurikulum dapat di susun dan disajikan dengan jalan yang seefektif –efektifnya agar proses keberlangsungan belajar berjalan dengan baik.
Teori belajar dijadikan dasar bagi proses belajar mengajar. Dengan demikian, ada hubungan yang erat antara kurikulum dan psikologi belajar juga psikologi anak. Karena hubungan yang sangat erat itu maka psikologi menjadi salah satu dasar kurikulum (http://yuukbelajar.blogspot.com/2011/05/asas-dan-faktor-pengembangan-kurikulum.html)

3.  Asas Sosiologis
Suatu kurikulum pada prinsipnya mencerminkan keinginan, cita-cita dan kebutuhan masyarakat. Dalam mengambil keputusan tentang kurikulum para pengembang kurikulum hendaknya merujuk pada lingkungan atau dunia dimana mereka tinggal, merespon terhadap berbagai kebutuhan yang dilontarkan atau diusulkan oleh beragam golongan dalam masyarakat. Sangat banyak kebutuhan masyarakat yang harus dipilah-pilah, disaring dan diseleksi agar menjadi suatu keputusan dalam pengembangan kurikulum. Kompleksitas kehidupan dalam masyarakat disebabkan oleh :
a)   dalam masyarakat terdapat tata kehidupan yang beraneka ragam,
b)  kepentingan antar individu berbeda-beda,
c)   masyarakat selalu mengalami perkembangan.
Asas Sosiologis yaitu keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya, kebudayaan manusia, hasil erja manusia berupa pengetahuan, dan lain-lain.
            Anak tidak hidup sendiri terisolasi dari manusia lainnya.Ia selalu hidup dalam suatu masyarakat. Di situ harus memenuhi tugas-tugas yang harus dilakukannya dengan penuh tanggungjawab, baik sebagai anak, maupun sebagai orang dewasa kelak.Ia banyak menerima jasa dari masyarakat dan ia sebaliknya harus menyumbangkan baktinya bagi kemajuan masyarrakat. Tuntutan masyarakat tak dapat diabaikannya.
            Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang tak dapat tiada harus dikenal dan diwujudkan anak dalam pribadinya lalu dinyatakannya dalam kelakuannya.Tiap masyarakat berlain corak nilai-nilai yang dianutnya. Tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaannya. Perbedaan masyarakat akibat perkembangan ilmu pengeahuan dan teknologi merupakan factor pertimbangan dalam kurikulum.
            Oleh sebab masyarakat suatu factor yang begitu pentin dalam pengembangan kurikulum, maka masyarakat dijadikan salah sau asas. Dalam hal ini pun harus kita jaga, agar asas ini jangan terlampau mendominasi sehingga timbul kurikulum yang berpusat pada masyarakat “society-centered curriculum”


4.  Asas Organisasi
            Asas Organisasi yaitu asas yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan.Asas ini berkenaan dengan masalah, dalam bentuk yang bagaimana bahan pelajaran akan disajikan? Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broad-field atau bidang studi seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lainnya.Ataukah diusahakan hubungan secara lebih mendalam dengan menghapus segala batas-batas mata pelajaran, jadi dalam bentuk kurikulum yang terpadu. Ilmu jiwa social yang berpendirian bahwa keseluruhan sama dengan jumlah bagian-bagiannya cenderung memilih kurikulum yang subject-centered, atau yang berpusat pada mata pelajaran, yang dengan sendirinya akan terpisah-pisah.
            Sebaliknya ilmu jiwa gestalt lebih mengutamakan keseluruhan, karena keseluruhan itu bermakna dan lebih relevan dengan kebutuhan anak dan masyarakat. Aliran psikologi ini lebih cenderung memilih kurikulum terpadu atau lebih cenderung  memilihkurikulum terpacu atau intergrated kuriklum
            Kembali perlu diingatkan, bahwa tidak ada kurikulum yang baik tidak baik. Setiap organisasi mempunyai kebaikan akan tetapi tidak lepas dari kekurangan ditinjau dari segi-segi tertentu. Selain itu, bermacam-macam organisasi kurikulum dapat dijalankan secara bersama di stu sekolah, bahkan yang satu dapat membantu atau melengkapi yang satu lagi.
            Kurikulum yang bagaimana yang harus dipilih?Pertanyaan itu diajukan karena macamnya kemungkinan.Dalam mengembangkan kurikulum harus diadakan pilihan, jadi selalu hasil semacam kompromi antara anggota panitia kurikulum. Sering dikatakan bahwa “curriculum is a matter of choice”, kurikulum adalah soal pilihan. Dalam hal ini pilihan banyak bergantung pada pendirian atau sikap seseorang tentang pendidikan. Pada umumnya dapat dibedakan dua pendirian utama, yakni yang tradisional dan yang progresif


DAFTAR PUSTAKA

Nasution, S. 2005. Asas-asas kurikulum.Jakarta : PT Bumi Aksara

Kamis 28 Februari 2013 pukul 13.00 WIB

Jum’at 8 Maret 2013 pukul 10.30 WIB

jum’at 8 Maret 2013 pukul 10.35 WIB


Selasa 26 Maret 2013 pukul 19.40 WIB

Selasa 26 Maret 2013 pukul 20.30 WIB

Selasa 26 Maret 2013 pukul 20.50

1 komentar:

Unknown mengatakan...

makasih mba.... sangat membantu. hehehehe